Aku?
Aku. Seseorang yang sedang
menikmati kebebasannya. Setelah semua upaya yang telah dilakukan untuk bertahan.
Setelah semua daya upaya untuk menyiasati kejenuhan. Setelah semua rencana
dikemas dengan sedemikian rupa untuknya. Seseorang yang sedang menjalani
semuanya dengan santai. Seseorang yang diam-diam memendam sedikit rasa dengan
teman. Seseorang yang mudah sekali jatuh cinta pun dia dengan begitu cepat
larut dalam keputusasaan. Seorang yang gak pandai berencana kedepan, lebih
menikmati apa yang ada sekarang dan kemauan yang teramat sangat kurang untuk maju.
Seseorang yang sangat negatif menilai dirinya. Seseorang yang mudah terbakar
energinya dengna pujian.
Selain kegesrekan otak yang sudah
memasuki stadium akut, tidak suka kesendirian namun disaat yang bersamaan juga
memebenci keramaian. Menikmati dunia dari sudut pandang orag ketiga. Punya
dunia sendiri, dan merasa canggung dengan dunia baru. Kemampuan adaptasi yang
sangat rendah dengan lingkugan baru.
Begitu banyak warna dalam dirinya,
namun mendadak kelabu dan suram saat ditanya warna apa yang sedang menari saat
ini.
Aku bukan orang yang menarik. Berusaha
menumbuhkan cinta hanya sekedar untuk memenuhi utang budi kepada orang yang
memberi utang yang tak terbayar padaku. Beban yang secara tak langsung
dijatuhkan dipundakku.
Serius, tapi akan muak saat orang
disekitarnya juga serius. Suka bercanda, namun akan gelisah saaat semua mulai
berpaling darinya. Sangat mudah menilai orang lain, namun murka saat orang lain
menilai diri sendiri. Pandai memainkan emosi, namun sangat mudah ditebak apa
yang dirasakan saat itu. Pendengar yang baik, namun sulit mengatakan apa yang
sedang dirasa. Benci di depan, tidak suka di samping, apalagi mengawasi di
belakang, sangat menikmati saat berada ditengah, bersama yang lain, merasa aman
saat ada orang lain disekitar. Menikmati kehadiran seseorang dan tidak berharap
interaksi dengan yang lain.
Ingin segera menemukan seseorang
untuk menampung segala imajinasi tak lazim yang dimilikinya. Sekedar untuk
berpuas diri. Namun tidak mau beranjak mau. Mungkin belum. Mungkin juga tak
akan.
Entahlah apa yang akan terjadi
esok. Hanya menikmati keadaan yang nyaman sekarng.
Kamu?
Kamu. Sosok yang menyambut
kedatanganku. Di tempat yang orang lain tidak akan mengira, karena ornag normal
tidak akan berpikir akan berakhir ditempat seperti itu. Tempat para pencari. Mungkin.
Sosok yang selalu ada saat
dibutuhkan saat kepala terasa penuh, jemari terasa gatal, saat mulut ingin
berucap, saat ingin berbagi, saat ingin memberi. Tak ada keluh, selalu menerima
dan membalas dengan pas apa yang kuberi. Mungkin.
Sosok itu hanya mungkin. Mungkin. Tidak
ada yang tahu apa yang sebenarnya sosok itu rasakan.
Kadang seakan memberi umpan untuk
disambut. Mungkin.
Sosok itu hanya bisa kunilai dengan
mungkin. Karena hanya mungkinlah
jarak teredekatku dengannya. Sosok yang tidak pernah memberi penolakan atas
semua respon yang kuberi. Sekali lagi mungkin. Mungkin.
Ada
apa dengan status?
Status. Bahkan saat sendirian pun
kita masih membutuhkan sesuatu ini. Semua berjuang demi status. Sebuah level
yang harus dicapai. Bahkan bisa juga jaminan atas keberadaannya. Sebuah tempat
mereka berdiri untuk dilihat orang lain. Sebuah pegangan untuk maju. Sebuah pegangan
untuk terus berjalan.
Semua rela berjuang untuk bisa
mencapai level ini. Pun ada juga yang begitu cintanya dengan apa yang
dikerjakan sampai level hanyalah sebuah bonus atas kecintaannya atas apa yang
dia telah lakukan. Karena dengan level ini akan datang semua fasilitas dan juga
pengakuan dari orang lain akan keberadaan dirinya. Hanya pengakuan dari orang
dengan posisi struktural lebih tinggi darinya, agar orang lain tau diana
keberadaannya.
Jaminan yang ingin dicapai untuk
kehidupan di masa depan yang tidak menentu. Jaminan atas pilihan yang akan
datang. Jaminan atas kepastian langkah yang diambil. Jaminan atas segala
keptusan yang diambil. Untuk dirinya maupun orang-orang yang mereka cintai. Suatu
perjanjian antara dua orang untuk kepastian satu orang.
Pegangan untuk tetap melangkah ke
satu tujuan. Bahkan sesuatu yang absurd pun butuh pegangan. Terutama pasangan. Bahkan
saat tidak ada kejelasan, asal status sudah ditetapkan bersama, mau kekasih,
kakak-adek, om-ponakan, asal jelas mereka akan rela menjadikan itu pegangan
untuk melangkah maju.
Apa yang sama? Hanya sesuatu yang
disepakati bersama. Untuk dipegang. Sebagai acuan untuk melangkah.
Hubungan
aku dan kamu?
Ribet juga ya bicara pake bahasa
berat, yang harus disamarkan maksud aslinya agar masuk rima hehehehehe…. Salut juga
untuk para penggubah sastra, gokil banget. Banyak kata yang bisa mereka rangkai
untuk menyampaikan maksud mereka. Karena apa yang dirasa seseorang adalah unik,
dan kata-kata yang sudah ditemukan oleh umat manusia saat ini tidak akan bisa
menggambarkan secara spesifik apa yang dirasakan seseorang.
Dari beberapa paragraf penuh
nonsense dan ee’banteng di atas, sudah ada aku, kamu dan status.
Lalu bagaimana saat semua bergabung
menjadi satu menjadi sosok megazord bernama Hubungan-Pria-dan-Wanita-Dewasa? Beginilah
apa yang aku rasakan.
Kata move on akan sering dipakai orang disekitarku unutk menggambarkan
keadaanku saat ini
“kamu belum bisa move on?”
Atau yang intinya semacam semacam
itu dengan berjuta kombinasi kata yang akan dilontarkan padaku.
Gue udah move on, atau untuk lebih spesifiknya I’m moving on, gak semua orang kali akan mengambil jalan yang sama
untuk meninggalkan masa lalu. Dan kalo emang move on semudah itu gue yakin itu bukan cinta yang sebenarnya. Karena
sulit dilupakan dan melekat dalam di hatilah makanya disebut cinta.
Aku sudah muak dengan cinta, setidaknya hingga tulisan ini dibuat. Toh belum
terbukti (setidaknya olehku saat ini) kalau perjuangan tulus dan pengorbanan
dan segala pengertian yang sudah kuberikan akan dibalas setimpal. Sekuat-kuatnya
gue menunggu juga endingnya bakal sakit sendiri. Seikhlas-ikhlasnya aku
mencintai belum tentu akan dibalas dengan besaran yang sama. Dan akhirnya hanya
aku sendiri disini memandang bego ke arah bulan tersakit-sakit menunggu dan bersabar hingga keajaiban
mimpiku akan terwujud. I’m moving on man!
Dan keadaan sekarang, keadaan yang
tanpa ikatan. Keadaan dimana aku bebas memberi perhatian. Keadaan aku bebas
menjauh saat dibuthkan. Keadaan bebas kuberi seperlunya dan aku akan mendapat
berapapun yang kau beri. Tanpa tanggung jawab, tanpa tekanan, tanpa paksaan.
Nyaman. Nyaman ini yang sedang aku
rasakan baik-baik. Nyaman ini yang membuatku susah berpaling. Nyaman ini yang
membuat ku betah berlama-lama denganmu. Nyaman ini yang kunikmati sepenuhnya
dari singatnya waktu kita bersama. Nyaman ini yang aku tidak ingin berakhir.
Apa
yang aku rasakan?
Saat harus menyebut nilai untuk
posisiku saat ini, aku berani menyebut infinite.
Posisi saat ini sungguh tak ternilai. Tapi aku tahu betapa sadisnya aku
jika ternyata kau menunggu kejelasan dariku. Saat kau mengharapkan sesuatu yang
lebih dariku. Saat kau sudah siap dengan semuanya seedangkan aku hanya bahagia
dengan cukup sampai disini.
Saat ini aku sudah puas hanya dengan mendukungmu untuk terus menari mengejar mimpi
Dan saat ada kamu saat aku harus
menilai, belum ada angka serta skala yang cocok untuk menggambarkan posisiku
saat ini. Saat ada aku dan kamu, infinite
akan menjadi undefined.
Apa
yang akan terjadi selanjutnya?
Tidak ada yang tahu. Mungkin kamu
sudah punya jawaban. Tapi ini bukan sekedar pilihan ganda buatku, ini essay. Untuk menjawab
aku dan kamu akan menjadi essay yang sangat panjang karena bahkan aku belum
menemukan jawaban. Aku masih dengan bahagia menatap answer sheet kosong yang ada di hadapanku. Mungkin kau sudah siap
dengan multiple choice mu pun aku
tetep keukeuh dengan jawaban essay ku.
Dan
keputusanku?
Akan ada jawaban yang pasti untuk
ini. jawaban untuk multiple choice
mu. Entah dengan kamu yang sekarang atau kamu yang lain. Akupun tak ingin
berlama-lama dengan ketidakpastian. tapi akupun tidak bisa memastikan kamu,
kamu, atau kamu. Banyak kamu yang lain dengan posisiku sekarang. Tapi aku ingin
sekali lagi egois untuk soal terakhir ini.
Jawaban akan datang dan aku akan
dengan lantang dan yakin akan mengatakannya.
Jawaban itu akan muncul saat ada
satu jawaban pasti tentang aku. Jawaban yang pasti tentang kamu. Jawaban yang
pasti tentang status. Jawaban yang pasti tentang move on. Jawaban yang pasti tentang masa depan. Jawaban yang pasti
tenatng keinginan. Jawaban yang pasti tentang cita-cita. Jawaban yang pasti
tentang rasa. Jawaban yang pasti…
Karena jawaban itu adalah kita.
Dan semuanya masih berlanjut hingga
sekarang...
PS : postingan ini tidak ada kaitannya dengan Ratu Vienny Fitrilya, semua kejadian yang terjadi adalah yang sedang gue rasakan saat ini dan jawaban atas pertanyaan orang-orang, dan foto Viny disini? modus aja sebenernya hehe...